Makalah Aliran Fungsional Dalam Perkembangan Ilmu Linguistik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa adalah objek  kajian utama dalam ilmu linguistik, oleh karena itu, bahasan-bahasan dalam ilmu linguistik tidak lepas dari bahasa. Bahasa sendiri memiliki ciri-ciri yang beragam, seperti (1) bahasa adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa bersifat konvensional, (7) bahasa bersifat unik,  universal, produktif, bervariasi, dan dinamis. (8) bahasa berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (9) bahasa itu merupakan identitas penuturnya.

Teori linguistik adalah teori yang dikemukakan oleh aliran-aliran linguistik, dan aliran-aliran tersebut memiliki corak teori tertentu. Kriteria-kriteria yang dipakai untuk membedakan dan mengelompokkan teori/aliran linguistik disini ialah kekhususan corak analisisnya. 

Berdasarkan kriteria diatas kita dapat membedakan empat macam teori atau aliran dan beberapa aliran-aliran kecil yang lain, yaitu : teori/aliran tradisional, teori ini berdasarkan pola pemikiran secara filosofis. Munculnya teori ini bermula dari plato dan aristoteles. Aliran yang kedua yaitu teori/aliran struktural, teori ini berlandaskan pola pemikiran secara behavioristik. Paham behavioristik beranggapan bahwa jiwa seseorang dan hakikat sesuatu hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriahnya yang tampak. Sejalan dengan itu, aliran struktural mengamati bahasa dan hakikatnya dalam perwujudannya yang konkret sebagai bentuk ujaran. Ketiga yaitu teori/aliran transformasional, teori ini dicetuskan oleh N.Chomsky yang merupakan reaksi dari paham strukturalisme. Konsep yang paling ditantang adalah konsep bahwa bahasa sebagai faktor kebiasaan. Keempat yaitu teori/aliran tagmetik, teori ini berangkat dari konsep tagmen. Tagmen adalah  bagian dari konstruksi gramatikal dengan empat macam kelengkapan spesifikasi ciri, yakni : slot, kelas, peran, dan kohesi. Ada juga aliran-aliran lain yang tidak terlalu terkenal dan kebanyakan juga sudah tercakup dalam teori yang lebih besar dan lebih umum, yakni strukturalisme. Teori-teori tersebut adalah  teori/aliran  Bloomfieldian, Stratifikasi, Kopenhagen, Praha, London, Case Grammar, dan lain-lain.

Dari ke empat aliran tersebut aliran fungsional secara garis besar memang masih berada di dalam lingkup strukturalisme walupun tidak lagi strukturalise tulen. Untuk lebih rincinya akan kami bahas lebih lanjut. 

B. Rumusan Masalah
 1. Apakah aliran fungsional itu?
 2. Apa keunggulan dari aliran fungsional itu?
 3. Apa kelemahan dari aliran fungsional itu?
 4. Siapakah tokoh-tokoh aliran fungsional?

C. Tujuan 
 1. Mengetahui aliran fungsional
 2. Memahami keunggulan aliran fungsional
 3. Memahami kelemahan aliran fungsional
 4. Mengetahui tokoh-tokoh aliran fungsional



BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI/ALIRAN STRUKTURAL
Teori ini berlandaskan pola pemikiran secara behavioristik.  Sejalan dengan itu, aliran struktural mengamati bahasa dan hakikatnya dalam perwujudannya, lahiriahnya yang tampak. Aliran struktural ini lahir pada abad ke-20 atau tepatnya tahun 1916. Tahun tersebut menjadi tahun monumental lahirnya aliran struktural.

Aliran strktural berbeda dengan aliran tradisional jika aliran tradi sional selalu menerapkan pola-pola tata bahasa yunani dan latin dalam mendeskripsikan suatu bahasa, maka lingustik struktural, tidak lagi melakukan hal demikian. Lingutik strkturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang memiliki bahasa itu. Pandangan inilah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh bapak linguistik modern, yaitu Ferdinand De Saussure.
Adapun ciri-ciri aliran struktural adalah sebagai berikut :
 1. Berlandaskan pada paham behavioristik
 2. Bahasa berupa ujaran
 3. Bahasa berupa sistem tanda (signifie dan signifiant)
 4. Bahasa merupakan faktor kebiasaan (habit)
 5. Kegramatikalan berdasarkan keumuman
 6. Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi
 7. Tekanan analisis pada bidang morfologi
 8. Bahasa merupakan deretan sintaksis dan paradigmatik
 9. Analisis bahasa secara deskriptif
 10. Aliran struktur bahasa berdasarkan unsur langsung 

B. TEORI/ALIRAN PRAHA
 1. Aliran Praha
Aliran praha atau yang biasa dikenal dengan sebutan lingkaran linguistik praha atau Prazsky Linguisticky Krouzek terlahir pada tanggal 06 Oktober 1926.  yang diprakarsai salah seorang tokoh, yaitu Vilem Mathesius (1882-1945).  Secara garis besar, aliran ini memang masih berada didalam lingkup strukturalisme walaupun tidak lagi strukturalisme tulen sebagaimana ajaran Saussure. Didalam tela’ah yang menekankan pada segi fungsi itu bidang fonologi cukup banyak memperoleh penggarapan. Boleh dikatakan bahwa bidang fonologi merupakan bidang yang paling digemari. 

 2. Bidang-bidang yang dicetuskan dalam aliran praha
Dalam bidang fonologi, aliran Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri, sedangkan fonologi mempelajari bunyi-bunyi tersebut dalam satu sistem. Begitu juga dengan istilah fonem, yang dalam sejarahnya berasal dari bahasa Rusia fonema, lalu digunakan oleh sarjana Polandia Baudoin De Courtenay untuk membedakan pengertian fonem dari fon (bunyi), dan selanjutnya diperkenalkan oleh sarjana Polandia lainnya, yaitu Kruzeuki; akan tetapi yang menggunakan dan memperkenalkan dalam analisis bahasa adalah para Linguist aliran praha ini.

Pengaruh mereka dalam bidang fonologi pada tahun tiga puluhan dapat dikatakan sangat besar. Tidak ada kelompok linguistik Eropa yang memiliki pengaruh seperti aliran ini. Kelompok ini dapat dikatakan tidak membatasi bidang linguistik, namun mereka mampu menghasilkan seperangkat prinsip-prinsip yang ada, umumnya disetujui semua anggota kelompok dimana-mana. Menurut Alwasillah aliran praha ini diceritakan oleh titik berat tela’ahan pada fungsi-fungsi bahasa, baik fungsi bahasa dalam masyarakat, fungsi bahasa dalam kesusastraan, dan problem aspek-aspek dan ditingkat-tingkatkan bahasa ditinjau dari sudut pandang fungsinya.

Garis besar bidang garapan aliran ini adalah :
1. Fonologi, yaitu studi pola bunyi yang memiliki arti fungsional.
2. Konsep perspektif kalimat secara fungsional yaitu pendekatan dengan orientasi fungsional.
3. Studi fungsi estetik bahasa dan peranannya. Dalam kesusastraan.
4. Studi fungsi bahasa baku dalam masyarakat modern.
Struktur bunyi dijelaskan dengan memakai kontras atau oposisi. Ukuran untuk menentukan apakah bunyi-bunyi ujaran itu beroposisi atau tidak adalah makna. Perbedaan bunyi yang tidak menimbulkan perbedaan makna adalah tidak distingtif. Artinya, bunyi-bunyi tersebut tidak fonemis. Sedangkan yang menimbulkan perbedaan makna adalah distingtif; jadi, bunyi-bunyi tersebut bersifat fonemis. Dalam bahasa bunyi ini /l/ dan /r/ adalah dua buah fonem yang berbeda. Sebab terdapat oposisi diantara keduanya.seperti tampak pada pasangan kata lupa dan rupa. Tetapi dalam bahasa jepang, /l/ dan /r/ itu tidak distingtif, karena tidak beroposisi satu dengan yang lainnya. Keduanya hanya varian dan fonem yang sama.

Dalam bidang fonologi aliran praha ini juga memperkenalkan dan mengembangkan suatu istilah yang disebut morfonologi . Bidang ini meneliti perubahan-perubahan fonologis yang terjadi sebagai akibat hubungan morfem dengan morfem. Misalnya pada contoh :

jawab X jawap
adad X adat

Kita lihat bahwa fonem /p/ dan /b/ tidak berkontras; tetapi bila kata /jawab/ yang mungkin dilafalkan /jawab/ atau /jawap/ diimbuhi sufiks –an, maka hasilnya adalah /jawaban/ dan bukannya /jawapan/.

Dalam bidang sintaksis, Vilem Mathesius mencoba menela’ah kalimat melalui pendekatan fungsional. Menurut pendekatan ini kalimat dapat dilihat dari struktur formalnya, dan juga dari struktur informasinya yang terdapat dalam kalimat yang bersangkutan. Struktur formal menyangkut unsur-unsur dramatikal kalimat tersebut, yaitu subjek dan predikat dramatikalnya. Sedangkan struktur informasi menyangkut situs faktual pada waktu kalimat itu dihasilkan. Struktur informasi menyangkut unsur tema dan rema . Setiap kallimat mengandung tema dan rema. Pada kalimat:

Nenek melirik kakek.
Kakek melirik nenek.

Nenek adalah subjek gramatikal,dan kakek adalah sebagai objek gramatikal,  dan dalam kalimat  kakek adalah sebagai subjek gramatikal dan neneksebagai objek gramatikal.
Namun, dalam beberapa hal subjek gramatikal tidak selalu berada di depan objek. Dalam kalimat (bahasa inggris) berikut:
This argument I can’t follow.
Subjek gramatikal adalah I, sedangkan this argument adalah objek gramatikal.
Tetapi, menurut pandangan aliran praha, this argumentadalah subjek psikologis atau tema; sedangkan i can’t follow adalah objek psikologis atau tema. 

3. Tokoh-tokoh aliran praha
 - Ferdinand De saussure (Bapak Linguistik Modern)
 - Vilem Mathesius (1882 – 1945) 
 - Nikolai S. Trubetskoy
 - Roman Jakobson
 - Morris Halle 

C. TEORI/ALIRAN FUNGSIONAL
1. Aliran Fungsional
Teori fungsional bahasa yang paling terkemuka datang dari dari salah seorang anggota aliran praha, yaitu Karl Buhler. Konsep dasar nya adalah apa yang  disebut the organon madel of language. Konsep ini menekankan pentingnya situasi dalam memandang suatu obje studi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memahami bahasa sebagai alat, maka dilihat dari tiga faktor yang ada dalam setiap situasi ujaran :
 1. Penutur
 2. Penanggap Tutur
 3. Sesuatu atau objek.

Hal ini berguna untuk memahami suatu wacana atau tindak tutur, yaitu kita juga perlu melihat konteks atau situasi tuturan. Bagi Buhler hubungan ini dianggap pokok dari bahasa. Hubungan antara tanda dan penutur disebut expressive function, antara tanda dan pendengar disebut appeal function, sedangkan antara tanda dan objek yang dibicarakan disebut representative function. 

Ada pula yang mengatakan bahwa aliran praha disebut juga aliran fungsional, karena titik telaahnya pada fungsi. Secara garis besar memang masih berada didalam lingkup strukturalisme walaupun tidak lagi strukturalisme tulen sebagaimana ajaran sausurre. 

2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Fungsional
 a. Kelebihan 
- Memperlakukan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan dan memahami maksud pertuturan.
- Pengguna bahasa diutamakan secara lisan dan kontekstual.
- Proses komunikasi akan berlangsung jika antar penutur saling memahami makna tuturan secara konteks yang ada, yaitu mengingat lokasi, waktu, dan kepada siapa tuturan ditunjukkan. 
- Selain itu, teori fungsional lebih berkaitan dengan faktor-faktor sosial dari pada proses-proses psikologis yang rumit dalam bahasa. Dengan demikian, bahasa memiliki ketergantungan terhadap masyarakat penutur bahasa, dan sama sekali bukan tergantung pada sistem yang tergantung didalamnya.

 b. Kelemahan
- Keyakinan bahwa bahasa adalah sekedar alat untuk berkomunikasi.
- Menggunakan fungsi-fungsi bahasa target, tidak bersifat universal, karena tidak mampu menembus sasaran bahasa isyarat yang diperlukan oleh orang tuna rungu.
- Jenis bahasa ini tidak memerlukan penguasaan bunyi-bunyi bahasa dan ucapannya.
- Penggunaan bahasanya hanya terbatas untuk kepentingan berkomunikasi secara lisanbagi kalangan penutur level pemula.
- Bahasa tidak hanya memungkinkan seorang untuk berkomunikasi, tetapi memiliki fungsi daya pikir yang sangat diperlukan untuk memahami sekaligus merefleksi dunia sekelilingnya.  

3. Tokoh-Tokoh Aliran Fungsional
- Karl Buhler (Polandia)
- Trubetzkoy
- Kruzewki (Polandia) 


BAB III
KESIMPULAN

Aliran strktural berbeda dengan aliran tradisional jika aliran tradi sional selalu menerapkan pola-pola tata bahasa yunani dan latin dalam mendeskripsikan suatu bahasa, maka lingustik struktural, tidak lagi melakukan hal demikian. Lingutik strkturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang memiliki bahasa itu. Pandangan inilah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh bapak linguistik modern, yaitu Ferdinand De Saussure.

Aliran praha atau yang biasa dikenal dengan sebutan lingkaran linguistik praha atau Prazsky Linguisticky Krouzek terlahir pada tanggal 06 Oktober 1926. yang diprakarsai salah seorang tokoh, yaitu Vilem Mathesius (1882-1945) Secara garis besar, aliran ini memang masih berada didalam lingkup strukturalisme walaupun tidak lagi strukturalisme tulen sebagaimana ajaran Saussure. Didalam tela’ah yang menekankan pada segi fungsi itu bidang fonologi cukup banyak memperoleh penggarapan.

Teori fungsional bahasa yang paling terkemuka datang dari dari salah seorang anggota aliran praha, yaitu Karl Buhler. Konsep dasar nya adalah apa yang  disebut the organon madel of language. Konsep ini menekankan pentingnya situasi dalam memandang suatu obje studi. 

Tokoh-tokoh aliran praha dan aliran fungsional
 1. Ferdinand De saussure (Bapak Linguistik Modern)
 2. Vilem Mathesius (1882 – 1945) 
 3. Nikolai S. Trubetskoy
 4. Roman Jakobson
 5. Morris Halle
Blogger
Disqus

No comments