Makalah Administrasi Pendidikan - Sekolah Sebagai Sistem Sosial
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Salawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, besarta
sahabat, keluarga dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman. Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sekolah
Sebagai Sistem Sosial “ Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan kami di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Metro,15 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................
KATA
PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR
ISI............................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................
A. Latar
Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
BAB
II PEMBAHASAN.........................................................................
A. Pengertian Sekolah ..........................................................................
B. Sekolah Sebagai Sistem Sosial ........................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Administrasi pendidikan adalah tindakan mengkoordinasikan prilaku manusia
dalam pendidikan, agar sumber daya dapat ditata sebaik mungkin, sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai secara produktif. Administrasi pendidikan
merupakan suatu proses kegiatan atau rangkaian perbuatan yang diselenggarakan
dalam rangka usaha kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Perlu
kiranya ditambahkan bahwa setiap pemimpin pendidikan, terutama kepala sekolah,
hendaknya mengetahui bahwa masyarakat sebagai lingkungan sosial besar
pengaruhnya terhadap sikap dan cara-cara kerja para karyawan, guru-guru, dan
juga dia sendiri sebagai pemimpin.
Dalam pembahasan makalah ini dikemukakan bahwa hubungan sekolah dan
masyarakat merupakan salah satu bidang garapan administrasi pendidikan. Oleh
karena itu, dalam pembahasan ini penulis merasa perlu untuk menguraikannya
secara lebih terinci.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian sekolah ?
b.
Apa yang di maksud dengan sekolah
sebagai sistem sosial?
C.
Tujuan
a.
Mengetahui secara luas tentang sekolah
b.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan sekolah sebagai sistem sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sekolah
Sekolah merupakan suatu sistem organisasi.
Lubis dan Husaini (1987) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan organisasi
adalah sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang berinteraksi
menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi
dan tugasnya masing-masing, yang sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan
tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara
tegas dari lingkungannya. Selanjutnya Sutarto (1985) mengemukakan bahwa
organisasi adalah sistem yang saling berpengaruh antar orang dalam kelompok
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien.
Gorton, 1976 (Sagala, 2010:71) mengemukakan
bahwa “sekolah adalah suatu sistem organisasi, dimana terdapat sejumlah orang
yang bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan sekolah,...”. Sekolah merupakan
satuan pendidikan yang memiliki fungsi mendasar, yaitu sebagai wahana atau
tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses penanaman dan pengembangan
potensi-potensi individu manusia, sehingga akan membentuk insan manusia yang
mulia. Wahjosumidjo (2011:81) mengemukakan bahwa: “Sekolah adalah lembaga yang
bersifat kompleks dan unik”. Bersifat kompleks, menunjukkan bahwa sekolah
sebagai suatu sistem sosial di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling
berkaitan satu sama lain. Sedangkan bersifat unik, menunjukkan bahwa sekolah
sebagai suatu organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh
organisasi-organisasi lain, seperti tempat terjadinya proses pembelajaran dan
pembudayaan kehidupan manusia. Dengan demikian sekolah adalah suatu sistem
organisasi pendidikan formal yang membutuhkan pengelolaan dalam mejalankan
fungsi dasarnya yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses
penanaman dan pengembangan potensi individu manusia, yang diharapkan dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, dan dapat memberikan kontribusi yang kuat terhadap pembangunan
bangsa. Dengan kata lain Pengertian sekolah sendiri adalah
suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk pengajaran para murid (siswa)
di bawah pengawasan para guru. Kebanyakan dalam sebuah negara mempunyai model
sistem pendidikan formal yang mana hal ini sifatnya wajib. Selain itu sistem
ini jugalah yang membuat para siswa bisa mengalami kemajuan dengan melalui
serangkaian sekolah tersebut.
Sekolah mempunyai dua aspek penting yaitu aspek
individu dan aspek sosial. Disatu pihak, pendidikan sekolah bertugas
mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan secara
optimal. Sekolah sebagai pendidikan formal dituntut untuk dapat merekam segala
fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya sekolah memberikan informasi
dan penjelasan kepada peserta didik terhadap ontologis suatu peristiwa.
Selama ini dirasakan adanya kesenjangan antara
pengalaman sekolah dengan yang ada di masyarakat. Kesenjangan ini merupakan
tantangan bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan foramal, sejauh mana sekolah
merespon tantangan kesenjangan ini, adalah merupakan standar kualitas suatu
lembaga pendidikan. Ada dua cara dalam menentukan kualitas sekolah.
1. Sejauh mana sekolah dapat memenuhi kebutuhan pasar dan tuntutan masyarakat.
2. Standar formal berupa undang-udang, yaitu UU no 19 tahun 2003 tentang
peningkatan mutu pendidikan nasional
B.
Sekolah Sebagai Sistem Sosial
Organisasi adalah suatu kelompok orang
yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Sistem merupakan suatu
kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sedangkan pengertian dari
sosial adalah manusia yang berkaitan dengan masyarakat dan para anggotanya.
Dengan demikian sistem sosial merupakan suatu kesatuan orang-orang dalam
masyarakat yang disusun oleh karakteristik dari suatu pola hubungan dan
dikoordinasikan secara berkelanjutan untuk mencapai suatu tujuan.
Sekolah merupakan
suatu sistem organisasi pendidikan formal, yaitu suatu lembaga sosial yang
direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah merupakan sebuah sistem
sosial yang unik dengan berbagai budaya individu yang berbeda menyatu ke dalam
satu sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah tidak bisa lepas dari kepercayaan
dan nilai-nilai dari masyarakat sekitarnya. Persimpangan terbuka antara sebuah
sekolah dan lingkungan eksternal, nilai-nilai komunitas dan keyakinan berdampak
pada bagaimana budaya sekolah berkembang. Sistem penggabungan budaya sistem
sosial sangat penting, karena mempengaruhi berbagai reaksi, kegiatan, dan
perilaku.
Sekolah terdiri dari orang-orang yang
memiliki hubungan satu sama lain. Setiap orang yang berada di sekolah memiliki
peran yang harus dijalankan supaya sistem interksi tersebut tetap terjaga.
Peran yang dapat diidentifikasi di sekolah adalah guru, siswa, kepala sekolah,
staf TU, laboran, pustakawan, penjaga sekolah,dan lain lain. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Lawang (1995:26) bahwa: “Setiap sistem sosial
selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakannya dari
lingkungan, serta mempertahankan keseimbangan dari kegiatan-kegiatan yang
memungkinkannya terus bertahan dan beroperasi”. Pandangan organsiasi sebagai
suatu sistem sosial dapat ditelusuri dari teori yang dikemukakan oleh Getzel
dan Guba mengenai dimensi nomtetik dan idiografis suatu organisasi (Lipham,
Rankin, Hoeh Jr,1985:35). Dalam pandangannya Getzel dan Guba melihat
kepentingan yang dimiliki oleh personil berbeda dengan kepentingan yang ada di
organisasi. Dari perbedaan inilah nantinya akan menghasilkan interkasi antara
kebutuhan individu dan organisasi. Model sistem sosial dalam lingkungan sekolah
dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Dimensi
Nomotetis
Dimensi Idiografis
Keterangan :
a.
Dimensi nomotetis
Untuk memahami sifat perilaku yang nampak – dan untuk bisa
meramalkan dan mengendalikannya – sifat dan hubungan dari unsur-unsurnya harus
dipahami.
Istilah organisasi atau lembaga menunjuk
kepada badan-badan yang didirikan untuk menjalankan “fungsi-fungsi
institusional bagi sistem sosial secara keseluruhan”. Semua lembaga memiliki
fungsi-fungsi imperative tertentu yang harus dilaksanakan menurut cara-cara
rutin tertentu pula. Fungsi-fungsi ini – seperti memerintah, memeriksa,
mengadili, mendidik, dan seterusnya – bisa disebut telah melembaga, dan
badan-badan yang didirikan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang telah melembaga
ini bagi sistem sosial secara keseluruhan bisa disebut “lembaga”.
Suatu bagian yang penting dari lembaga atau organisasi
ialah peranan. Peranan ialah “aspek-aspek dinamis dari kedudukan dan
jabatan di dalam suatu lembaga”, dan ia menetapkan perilaku para pemegang
peranan itu. Di lingkungan sekolah para pemegang peranan ini meliputi kepala
kantor pendidikan, pengawas, kepala sekolah, guru, dan personil lain. Peranan
didefinisikan dalam kata-kata harapan-harapan, yaitu “kewajiban dan
tanggung jawab” yang harus dijalankan oleh pemegang peranan. Harapan-harapan
ini menetapkan bagi pemegang peranan, siapa pun pemegang peranan itu, apa yang
ia harus dan tidak harus lakukan selama ia pemegang dari peranan tertentu itu.
Suaatu sifat pokok dari peranan-peranan ialah bahwa satu
sama lain saling melengkapi. Setiap peranan memperoleh serta maknanya dari
peranan lain yang berhubungan. Sifat saling melengkapi inilah yang
mempersatukan dua peranan atau lebih menjadi unit yang berpadu dan interaktif,
yang memungkinkan kita memahami suatu organisasi sebagai struktur yang
karakteristik.
Pada tahap analisa ini para pemegang peranan mungkin dapat
dipikirkan selaku “aktor-aktor” yang tidak mempunyai sifat-sifat pribadi,
seakan-akan semua pemegang peranan itu semua benar dan seolah-olah menjalankan
peranan tertentu dengan cara yang sama. Hal ini memungkinkan pemahaman dan
ramalan kasar tertentu mengenai perilaku dalam suatu organisasi.
b.
Dimensi idiografis
Mengetahui sekedar sifat peranan dan harapan di dalam suatu
lembaga tidak cukup, peranan-peranan itu ditempati oleh individu-individu yang
nyata, dan tidak ada individu yang sama. Setiap inidividu memberi sifat khas
kepada peranan yang ditempatinya itu dengan gaya unik dari pola kepribadiannya
yang karakteristik. Singkatnya, sebagai tambahan kepada aspek nomotetis atau
institusional, aspek-aspek idiografis dan psikologis haus dipertimbangkan juga.
Dimensi individu bisa dianalisa menjadi unsure-unsur kepribadian dan
diposisi kebutuhan.
Suatu perbuatan diturunkan serentak dari dimensi-dimensi
iidiografis dan nomotetis. Artinya, perilaku sosial terjadi bila
seseorang berusaha untuk mengatasi suatu lingkungan yang terdiri dari pola
harapan bagi perilakunya dengan cara yang cocok dengan pola kebutuhannya
sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku dalam organisasi adalah suatu
fungsi dari perana institusional tertentu yang ditetapkan oleh harapan-harapan
yang dikaitkan kepadanya, dan kepribadian dari pemegang peranan tertentu yang
ditetapkan oleh disposisi kebutuhannya. Pada waktu yang sama dimensi individual
dari organisasi menuntut terpenuhinya kebutuhan dan keinginan indivisual
sehingga organisasi bisa menjadi efisien dan efektif.
Sistem Sosial dalam Lingkungan Sekolah (Getzel dan Guba)
Interaksi model Getzels di atas menunjukkan
a. adanya interaksi antara orang dilihat dari perannya dalam organisasi
dengan karakteristik individunya.
b. adanya saling interaksi antara kebutuhan individu dengan kebutuhan
organisasi.
c. munculnya perilaku sebagai modifikasi terhadap upaya pemenuhan
kebutuhan psikologis dan sosiologisnya.
Komponen nomothetik dari sistem sosial menggambarkan lembaga formal
dengan peran yang ditentukan berbagai aturan birokrasi, dan peran, harapan.
Sedangkan komponen idiograpis model Getzels-Guba menggambarkan perbedaan
individu yang ada di antara orang-orang dalam sistem sosial. Komponen
idiografik sistem sosial mengacu pada kebutuhan, keinginan, dan kepribadian
orang yang berada dalam sistem sosial.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Organisasi adalah suatu kelompok orang
yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Sistem merupakan suatu
kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sekolah merupakan suatu sistem
organisasi pendidikan formal, yaitu suatu lembaga sosial yang direncanakan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah merupakan sebuah sistem sosial
yang unik dengan berbagai budaya individu yang berbeda menyatu ke dalam satu
sistem sekolah.
Komponen
nomothetik dari sistem sosial menggambarkan lembaga formal dengan peran yang
ditentukan berbagai aturan birokrasi, dan peran, harapan. Sedangkan komponen
idiograpis model Getzels-Guba menggambarkan perbedaan individu yang ada di
antara orang-orang dalam sistem sosial. Komponen idiografik sistem sosial
mengacu pada kebutuhan, keinginan, dan kepribadian orang yang berada dalam
sistem sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Sutisna, Oteng. (1985). Administrasi Pendidikan
Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.
http://sifa-qalbi.blogspot.com/2011/03/makalah-administrasi-pendidikan-
http://northyn.blogspot.com/2013/05/administrasi-sekolah-dalam-sistem.html