Makalah Tokoh-Tokoh Ilmu Balaghah

E. Tokoh-tokoh Ilmu Balaghah
Tokoh pertama yang mengarang buku dalam bidang ilmu bayân adalah Abû Ubaidah dengan kitabnya Majâz Alquran. Beliau adalah murid al-Khalil. Dalam bidang ilmu ma’âni, kitab I’jâz Alquran yang dikarang oleh al-Jâhizh merupakan kitab pertama yang membahas masalah ini. Sedangkan kitab pertama dalam ilmu badî’ adalah karangan Ibn al-Mu’taz dan Qudâmah bin Ja’far. Pada fase berikutnya, munculah seorang ahli balâghah yang termashur,beliau adalah Abd al-Qâhir al-Jurzâni yang mengarang kitab Dalâil al-I‘jâz dalam ilmu ma’âni dan Asrâr al-Balâghah dalam ilmu bayân. Setelah itu muncullah Sakkâki yang mengarang kitab Miftah al-Ulûm yang mencakup segala masalah dalam ilmu balâghah.

Berikut tokoh-tokoh balaghah yang berpengaruh dalam pengembangan ilmu balaghah:
1. Abu ‘Ubaidah Mu’ammar bin al-Mutsanna
Abu ‘Ubaidah Mu’ammar bin al-Mutsanna merupakan seorang sastrawan dan ulama dalam bidang bahasa arab yang berasal dari basra. Dia lahir pada tahun 110 H dan wafat pada tahun 209 H. Ia merupakan salah satu murid Imam Khalilyang notabene pakar bahasa arab. Abu Ubaidah merupakan tokoh pertama yang mengarang buku dalam bidang ilmu bayan dengan kitabnya Majaz al-Quran..

2. al-Jahizh
al-Jahiz merupakan seorang sastrawan arab yang telah memiliki karya-karya dalam bidang literatur arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat, psikologi, teologi mu’tazilah, dan polemik-polemik politik religi .Beliau wafat pada tahun 255 H. beliau pengarang kita al-Bayan wa at-Tabyin.

3. Abdullah bin Mu’taz
Abdullah bin Mu’taz merupakan khalifah dikekhalifahan abbasiah. Beliau betul-betul mendalami dan menekuni dunia sastra, kemudian menyusun kitab yang bernama al-Badi’. Beliau wafat pada tahun 296 H.

4. Qudamah bin Ja’far
Qudamah bin Ja’far al-Katib al-Baghdadi merupakan seorang sarjana arab dan administrator untuk kekhalifahan Abbasiyah. Ketika diawal bekerja nya beliau seorang nasroni, kemudian masuk islam ketika masa khalifah al-Muktafi dan pada masanya beliau terkenal memperdalam tentang filsafat dan logika. Dalam ilmu balaghah beliau menyusun sebuah risalah yang bernama naqdu qudamah. Kitab ini merupakan kelanjutan dari karangan khalifah Ibnu Mu’taz sekaligus menyempurnakan istilah-istilah yang dipakai di dalamnya. Beliau wafat pada tahun 337 H.

5. Abu Hilal al-Askary
Abu Hilal Hasan bin Abdullah al-Askary merupakan seorang sastrawan dan penyair berbangsa arab serta salah seorang diantara pakar ilmu balaghah. Beliau mempunyai lebih dari 10 buah karangan dan beliau juga mengarang kitab as-shina’ataini dalam bentuk prosa dan sastra.

6. Abdul Qohir al-Jurjani
Abu Bakar Abdul Qohir bin Abdul Rahman bin Muhammad al-Jurjani lahir pada tahun 377 H dan wafat pada tahun 471 H atau 474 H. Beliau terkenal dalam ilmu balaghah dan ilmu bayan, yang penjelasannya tertuang dalam kitabnya yang bernama Asror al-Balaghah dan Dalail al-Ijaz.

7. Imam Zamakhsyari
Dia adalah Abul Qasim Mahmud Bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari. Di lahirkan pada 27 Rajab 467 H. Di Zamakhsyar, sebuah perkampungan besar di kawasan khawarizmi (Turkistan). Dia mulai belajar di negeri sendiri, kemudian di Bukhara, dan belajar sastra kepada Syeih Mansyur Abi Mudhar. Kemudian pergi ke Mekkah dan menetap cukup lama sehingga memperoleh julukan Jarullah (Tetangga Allah). Dan selama tinggan di kota Mekkah itulah dia menulis Al-Kasysyaf ‘An Haqa’iqit Tanzil Wa ‘Unuyil Aqawil Fi Wujuhit Ta’wil. Dia wafat pada 538 H, di Jurjaniah khawarizem setelah kembali dari makkah. Beliau termasuk tokoh aliran Muktazilah yang membela mati-matian madzhabnya. Ia memperkuatnya dengan kekuatan hujjah yang dimilikinya. Dalam hal ini, imam adz-Dzahabi di dalam kitabnya “al-Miizaan” (IV:78) berkata, “Ia seorang yang layak (diambil) haditsnya, tetapi ia seorang penyeru kepada aliran muktazilah, semoga Allah melindungi kita. Karena itu, berhati-hatilah terhadap kitab Kasysyaaf karyanya.”

8. as-Sakaky
Abu Ya’qub Yusuf bin Muhammad bin Ali as-Sakaky atau dikenal dengan nama as-Sakaky dilahirkan di khawarizm pada tahun 555 H dan wafat pada tahun 626 H. beliau menyusun sebuah karya besar yang menguraikan ilmu balaghah disamping ilmu-ilmu pengetahuan bahasa arab lainnya. Kitab tersebut dikenal dengan nama Miftahul Ulum.

Selain tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, masih banyak lagi tokoh yang mempunyai andil dalam pengembangan ilmu balâghah, yaitu:
1. Hasan bin Tsabit, beliau seorang penyair Rasullullah saw. Orang Arab sepakat bahwa ia adalah seorang tokoh penyair dari kampung. Suatu pendapat menyatakan bahwa ia hidup selama 120 tahun; 60 tahun dalam masa Jahiliyah dan 60 tahun dalam masa keislaman. Ia meninggal pada tahun 54 H.
2. Abu-Thayyib, beliau adalah Muhammad bin al-Husain seorang penyair kondang. Ia mendalami kata-kata bahasa Arab yang aneh. Syi’irnya sangat indah dan memiliki keistimewaan, bercorak filosofis, banyak kata-kata kiasannya dan beliau mampu menguraikan rahasia jiwa. Ia dilahirkan di Kufah, tepatnya di sebuah tempat bernama Kindah pada tahun 303 H, dan wafat tahun 354 H.
3. Umru’ al-Qais, ia tokoh penyair Jahiliyah yang merintis pembagian bab-bab dan macam-macam syi’ir. Ia dilahirkan pada tahun 130 sebelum Hijriyah. Nenek moyangnya adalah para raja dan bangsawan Kindah. Ia wafat pada tahun 80 sebelum Hijriyah. Syi’ir-syi’irnya yang pernah tergantung di Ka’bah sangat masyhur.
4. Abu Tammam (Habib bin Aus Ath-Tha’i), ia seorang penyair yang masyhur, satu-satunya orang yang mendalam pengetahuannya tentang maâni, fashahah al-syâir, dan banyak hafalannya. Ia wafat di Mosul pada tahun 231 Hijriyah.
5. Jarir bin Athiyah al-Tamimi, ia seorang di antara tiga penyair terkemuka pada masa pemerintahan Bani Umayah. Mereka adalah al-Akhthal, Jarir, dan al- Farazdaq. Dalam beberapa segi ia melebihi kedua rekannya. Dia wafat pada tahun 110 H.
6. Al-Buhturi, ia seorang penyair Bani Abasiyah yang profesional. Ketika Abu al- ‘A’la al-Ma’arri ditanya tentang al-Buhtury dia berkata, “Siapakah yang ahli syi’ir di antara tiga orang ini, Abu Tammam, al-Buhturi, ataukah al- Mutanabbi?” Ia menjawab, “Abu Tamam dan al-Mutanabbi keduanya adalah para pilosof; sedangkan yang penyair adalah al-Buhturi”. Dia lahir di Manbaj dan wafat di sana pada tahun 284 H.”
7. Saif al-Daulah, ia adalah Abu al-Hasan Ali bin Abdullah bin Hamdan, raja Halab yang sangat cinta syi’ir. Lahir tahun 303, wafat tahun 356.
8. Ibnu Waki’, ia seorang penyair ulung dari Baghdad. Lahir di Mesir dan wafat di sana pada tahun 393 H.
9. Ibn Khayyath, ia seorang penyair dari Damaskus. Ia telah menjelajahi beberapa negara dan banyak mendapatkan pujian dari masyarakat yang mengenalnya. Ia sangat masyhur, karena karya-karyanya khususnya pada buku-buku syi’ir yang sangat populer. Ia wafat pada tahun 517 H.
10. Al-Ma’arri, ia adalah Abu al-‘Ala’ al-Ma’arri. Dia seorang sastrawan, pilosof dan penyair masyhur, lahir di Ma’arrah (kota kecil di Syam). Matanya buta karena sakit cacar ketika berusia empat tahun. Dia meninggal di Ma’arrah pada tahun 449 H.
11. Ibn Ta’awidzi, ia adalah penyair dan sastrawan Sibth bin at-Ta’awidzi. Wafat di Baghdad pada tahun 584 H, dan sebelumnya buta selama lima tahun.
12. Abu Fath Kusyajin, ia seorang penyair profesional dan terbilang sebagai pakar sastra. Ia cukup lama menetap di Mesir dan berhasil mengharumkan negeri itu. Dia wafat pada tahun 330 H.
13. Ibn Khafajah, ia seorang penyair dari Andalus. Ia tidak mengharapkan kemurahan para raja sekalipun mereka menyukai sastra dan para sastrawan. Ia wafat pada tahun 533 H.
14. Muslim bin al-Walid, ia dijuluki dengan Shari’ al-Ghawani. Ia seorang penyair profesional dari dinasti Abbasiyah. Ia adalah orang yang pertama kali menggantungkan syi’irnya kepada Badî’. Dia wafat pada tahun 208 H.
15. Abu al-‘Atahiyah, ia adalah Ishaq bin Ismail bin al-Qasim, lahir di Kufah pada tahun 130 H. Syi’irnya mudah di pahami, padat dan tidak banyak mengada-ada. Kebanyakan syi’irnya tentang zuhud dan peribahasa. Dia wafat pada tahun 211 H.
16. Ibn Nabih, ia seorang penyair dan penulis dari Mesir. Ia memuji Ayyubiyyin dan menangani sebuah karya sastra berbentuk prosa buat Raja al-Asyraf Musa. Ia pindah ke Mishshibin dan wafat di sana pada tahun 619 H.
17. Basysyar bin Burd, ia seorang penyair masyhur. Para periwayat menilainya sebagai seorang penyair yang modern lagi indah. Ia penyair dua zaman, Bani Umayah dan Bani Abasiyah. Dia wafat pada tahun 167 H.
18. Al-Nabighah Al-Dzubyani, ia adalah seorang penyair Jahiliyah. Ia dinamai Nabighah karena kejeniusannya dalam bidang syi’ir. Ia dinilai oleh Abd al- Malik bin Marwan sebagai seorang Arab yang paling mahir bersyi’ir. Ia adalah penyair khusus Raja Nu’man Ibn al-Mundzir. Di zaman Jahiliyah, ia mempunyai kemah merah khusus untuknya di pasar tahunan Ukash. Para penyair lain berdatangan kepadanya, lalu mereka mendendangkan syi’irsyi’irnya untuk ia nilai. Ia wafat sebelum kerasulan Muhammad saw.
19. Abu al-Hasan al-Anbari, ia seorang penyair kondang yang hidup di Baghdad. Ia wafat pada tahun 328 H. Ia terkenal dengan ratapannya kepada Abu Thahirbin Baqiyah, patih ‘Izz al-Daulah, ketika ia dihukum mati dan tubuhnyadisalib. Maratsi-nya (ratapannya) itu merupakan maratsi yang paling jarangmengenai orang yang mati disalib. Karena ketinggiannya, Izzud Daulahsendiri memerintahkan agar dia disalib. Dan seandainya ia sendiri yangdisalib, lalu dibuatkan maratsi tersebut untuknya.
20. Syarif Ridha, ia adalah Abu al-Hasan Muhammad yang nasabnya sampaikepada Husain bin Ali as. Ia seorang yang berwibawa dan menjaga kesuciandirinya. Ia disebut sebagai tokoh syi’ir Quraisy karena orang yang pintar di antara mereka tidak banyak karyanya, dan orang yang banyak karyanya tidak pintar, sedangkan ia menguasai keduanya. Ia lahir di Baghdad dan wafat di sana pada tahun 406 H.
21. Said bin Hasyim al-Khalidi, ia seorang penyair keturunan Abdul Qais. Kekuatan hafalannya sangat mengagumkan. Ia banyak menulis buku-buku sastra dan syi’ir. Ia wafat pada tahun 400 H.
22. Antarah, ia adalah seorang penyair periode pertama. Ibunya berkebangsaan Ethiopia. Ia terkenal berani dan menonjol. Ia wafat tujuh tahun sebelum kerasulan Muhammad.
23. Ibnu Sinan al-Kahfaji, ia adalah seorang penyair dan sastrawan yang berpendirian syi’ah. Ia diangkat menjadi wali pada salah satu benteng di Halab oleh Raja Mahmud bin Saleh, tetapi ia memberontak terhadap raja. Akhirnya ia mati diracun pada tahun 466 H.
24. Ibnu Nubatah Al-Sa’di, ia adalah Abu Nashr Abd al-Aziz, seorang penyair ulung yang sangat lihai dalam merangkai dan memilih kata. Ia wafat pada tahun 405 H. 


Halaman Sebelumnya
Makalah Sejarah Ilmu Balaghah
Makalah Perkembangan Ilmu Balaghah 


III. PENUTUP

Balaghah dalam sudut pandang ini terbagi menjadi dua fase sebagaimana yang dikatakan oleh Tamam Hasan. Fase pertama sebagai fase kritik sastra yang lebih mengedepankan eksplorasi keindahan sastra dan pengasahan bakat sastra. Sementara yang kedua sebagai disiplin ilmu yang telah memiliki kharakter dan standar sebagai sebuah ilmu, yaitu Objektif, komprehensif, terpadu, dan ekonomis. 
Dan tampaknya kajianbalaghah yang terbentuk dalam fase yang kedua ini masih sangat dominan hingga saat ini, dan berdampak pada kekeringan cita rasa dan jauh dari keindahana yang semestinya dirasakan oleh para pemelajar balaghah. 
Mungkin salah satu sebab yang menjadikan balagah ala madzhab kalamiyah ini begitu laku dan diminati banyak orang adalah pertama karena memang pada zaman tersebut ilmu filsafat sedang menjadi primadona atau sinden yang sangat difavoritkan oleh masyarakata atau para pelajar. Yang kedua, karena standar fashahah atau balaghah dalam madzhab ini jelas dan mudah dihafal, sedangkan tabiat manusia selalu lebih suka yang jelas-jelas dan mudah diingat atau dihafal. Sementara balaghah dan fashahah ala madzhab ahlu al-bulagha lebih banyak menghukumi pada dzauq, cita rasa keindahan bahasa dalam jiwa orang Arab. 
Seandainya saja kedua sisi balaghah ini bisa dipadukan antara yang teratur dan mudah dipahami tapi juga tidak sampai mengeringkan balaghah dari eksplorasi dan apresiasi keindahan teks sastra, maka balaghah akan menjadi ilmu atau pembahasan yang menarik bagi para pemelajar bahasa Arab, tidak seperti sekarang ini dimana balaghah kerap menjadi ilmu yang kurang diminati karena terkesan sulit dan adanya gap (jarak) yang sangat jauh antara teori dan kemampuan untuk bereksplorasi.
Kita tidak mampu mengenal tokoh-tokoh besar dalam bidang yang hidup berabad-abad sebelum kita kecuali hanya melalui karyanya. Hal serupa yang pemakalah rasakan dalam mempelajari perihal tokoh-tokoh balaghah ini, kalau bukan dari karya yang diwariskan oleh para pendahulu kita, maka kita tidak akan mengenalnya.
Demikian makalah yang Saya sampaikan. Dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa mengambil hikmahnya.
Obyek  kajian ilmu balâghah merupakan tiga serangkai retorika bahasa arab yang saling melengkapi. Ilmu Ma’ani merupakan kajian makna pertama yang menyelaraskan ujaran dengan situasi dan kondisi. Setelah memahami makna pertama dari sebuah ujaran, Ilmu Bayan mengajak pembaca berfantasi memahami sebuah ide dengan beberapa style sastra yang kemudian disempurnakan irama dan maknanya oleh Ilmu Badi’.
Demikianlah pemaparan singkat tentang obyek kajian ilmu balâghah, menurut penulis, ilmu sastra-termasuk didalamnya ilmu balâghah-, merupakan sebuah struktur yang mengejawentah dari konvensi (rasa sastra) menjadi sebuah teori. Namun struktur itu bukan sesuatu yang statis akan tetapi merupakan proses strukturasi dan destrukturasi yang harus hidup dan berkembang. Semoga anugrah nalar dan lisan mampu jadi pelita penertian, pemahaman dan pencerahan.


Daftar Pustaka

Al-Askary, Abu Hilal, kitab as-shina’atain, al-Maktabah al-Unshuriyah, Beirut 1419 H.
Al-Jahidz, al-Bayan wa at-tabyin, DaarwaMaktabah al-Hilal, Beirut 1423 H.
Al-Jurjany, dalail al-i’jaz, Mathba`at al-Madany Kairo, Daar al-Madany Jeddah, Cet. II 1992.
Al-Jurjany, asrar al-balaghah, Mathba`at al-Madany Kairo, Daar al-Madany Jeddah.
Al-Juwainy, Musthafa, manhaj Zamakhsyary fi tafsir al-Qur’an, cet. II, Daar al-ma’aarif.
Al-maraghi, Ulum al-Balaghah, Maktabah Syamilah versi 3.39, www.shamela.ws
Ar-Rummany, Tsalatsu rosail fi i’jazil al-Qur’an, Daar al-Ma’arif.
Hasan, Abdurrahman Hanbakah. 1996. Al-Balaghah Al-‘Arabiyah Ususuhaa wa ‘Ulumuhaa wa Fununuhaa. Damaskus: Dar Al-Qalam.
Hasan, Tammam. 2000. Al-UshulDirasahefistimulujiyyah li Al-FikrAlLughawy ‘inda Al-‘Arab, Kairo: ‘Alam Al-Kutub.
Husain, Abdul Qadir, al-Muhktashar fi tarikh al-balaghah, Daar Gharib, kairo 2001.
Banna’, Haddam. Al-Balâghah: fi ‘Ilm al-Ma’ani. Ponorogo: Darussalam Press
Al-Balâghah:  fi Ilmi al-Bayan. Ponorogo: Darussalam Press. .
Ghufran, Muhammad. Al-Balâghah: fi Ilmi al- Badi’. Ponorogo:Darussalam Press.
Hasyimi, Ahmad. Jawâhir al-Balâghah.Beirut : Dâr al-Fikri. 1994. hlm. 28-30.
Jarim, ‘Ali dan Musthafa Amin. Al-Balâghah al-Wadhihah. Mesir:Dâr al-Ma’ârif. Cet.X. 1977.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Cet. XIV. 2004.
Sakkâki, Yûsuf ibn Abi Bakar Ya’kub ibn ‘Ali. Miftâhul ‘Ulûm. Beirut : Dâru al-Kutub al-’Ilmiyyah. Cet. II. 1987.
Verhaar, J.W.M.. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. cet. III. 2001.
Wahbah, Majdi dan Kamil Muhandis. Mu’jam al-Musthalahât al-’Arabiyyah fi al-
Dief, Syauqi, al-Balaghah Tathawwur wa Tarikh, Kairo: Darul Ma’arif, Tth.
Zaenuddin, Mamat, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung: PT Refika Aditama, 2007.
http://finarga.blogspot.com/2010/08/nama-biografi-singkah-tokoh-islam.html
http://islami90.blogspot.com/2011/07/biografi-az-zamakhsyari-by.html
http://id.wikipedia.org/wiki/
Blogger
Disqus

No comments