Makalah Psikolinguistik Tentang Neurolinguistik
BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan dimulai dengan rasa
ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai
dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu
dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga
berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang,
seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah diangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang
digumuli sejak sekola dasar pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi,
berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu
membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan
metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara
empiris.
Sedangkan pendidikan merupakan salah
satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari
induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya
pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa
membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia
untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan
peningkatan hidup manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Devinisi Filsafat Pendidikan Islam
Secara harfiah, kata
filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang
berarti ilmu atau hikmah.Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap
ilmu atau hikmah.Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa
filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan
berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap
positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula
berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori
lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang
berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving),
dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya
disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A.
Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM),
yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan
tersebut.Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat
dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau
kebijaksanaan.Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas
yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran
utamanya.Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan
yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis.
Selanjutnya
bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim
digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan
yang berbeda-beda.
Ahmad D. Marimba,
misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si-terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya
ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu:
1.
Usaha (kegiatan) yang
bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar;
2.
Ada pendidik,
pembimbing atau penolong;
3.
Ada yang di didik atau
si terdidik;
4.
Adanya dasar dan tujuan
dalam bimbingan tersebut, dan.
5.
Dalam usaha tentu ada
alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama,
Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan
dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai
agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup
sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara
mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada
Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia
termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah
pendidikan.Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah Al-Qur’an
dan al Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, Al-Qur’an
sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang
besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al
Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat
besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan
program pendidikan seumur hidup (long life education ).
Dari uraian diatas,
terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al-
Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan
dan pengajaran.Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis
dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia.Kini di akui dengan jelas
bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari
keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari
ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Dasar pelaksanaan
Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :
dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak
pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya,
yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba
kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus.( QS. Asy-Syura : 52 )
Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling
dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan
memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta
mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh
kemenangan ia”[1].
Dari ayat dan hadis diatas tadi dapat diambil kesimpulan :
- Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
- Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
- Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber
ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia
:
- Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
- Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
- Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
- Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti
uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu
merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam
kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber
primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber
sekunder.
Dengan demikian,
filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat
pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai
oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa
batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
B.
Objek Kajian (ruang lingkup) Filsafat Pendidikan Islam
Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari
filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar,
sistematik.Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak
hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut
kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan
Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti
masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
Secara umum setiap ilmu
memiliki objek tertentu yang dijadikan sasaran penyelidikan (objek material)
dan yang akan dipandang (objek formal).
Adapun objek yang
dibahas dalam Filsafat Pendidikan Islam adalah :
1.
Objek Material
Yaitu sama halnya
filsafat pada umumnya objek ini adalah sesuatu yang ada, tampak ataupun tidak
tampak [2]:
- Objek yang tampak adalah dunia empiris
- Objek yang tak tampak adalah metafisika
2.
Objek Formal
Yaitu sudut pandang
yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang pendidikan Islam untuk diketahui
hakikatnya. Objek formal ini terbagi menjadi dua kerangka bahasan, yakni :
1.
Secara Makro
Objek filsafat
pendidikan secara makro adalah objek filsafat itu sendiri, mencari keterangan
secara radikal mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta yang tidak dapat
dijangkau oleh pengetahuan biasa.
- Imam Bernadib membagi tiga sistem filsafat pendidikan Progresivisme, Esensialismae dan Parenialisme.
- M Noer Syam, mengemukakan empat aliran filsafat pendidikan progresivisme, Esensialisme, Parenialisme dan Rekonstruksion- isme
- George R Knight, membegi menjadi tiga kategori, yakni Tradisional (Idealisme, Realisme dan Neo-Skolasisme), Modern (Pragmatisme dan Eksistensialisme) dan Kontemporer (Progresivisme, Parenialisme, Esensialisme, Rekonstruksioisme dan Behaviorisme)
- Geral L Gutek, membagi aliran filsafat pendidikan berdasarkan tokoh-tokohnya yakni, Idealisme oleh Plato, Realisme oleh Aristoteles, Teistik-Realisme oleh Thomas Aquinas, Naturalisme oleh Rosseau, Pragmatisme oleh Dewey, Liberalisme oleh Locke, Konservatisme oleh Burke, Utopianisme oleh Owen, Marxisme oleh Karl Marx, Totalitarisme oelh Hitler, Parenialisme oleh Hutchins, Progresivisme oelh Kilpatrick dan Rekonstruksionisme Sosialis oleh Counts
2.
Secara Mikro
Adapun secara makro
adalah segala hal yang merupakan faktor-faktor dan komponen dalam pendidikan.
Faktor dan Komponen pokok dalam
pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan pendidikan
2. Kurikulum dan program pendidikan
3. Pendidik dan perserta didik
4. Metode pendidikan Islam
5.
Lingkungan pendidikan
atau kontek belajar dalam pendidikan Islam
Abudin Nata menyebutkan
objek Filsafat Pendidkan Islam secara Mikro yakni pemikiran yang serba
mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh dan universal
mengenai konsep-konsep pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam.[4]
Sebagai mana filsafat
pendidikan pada umunya, maka filsafat pendidikan islam juga menyangkut
pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan
islam .filsafat pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang
yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran[5] dengan demikian filsafat pendidikan islam pada hakikatnya merupakan
landasan dasar bagi bangunan sebuah sistem pendidikan islam itu sendiri.
Filsafat pendidikan
yang yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan islam tak dapat
dilepaskandari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak,
kemudian penyempurnaan akhlak terkait juga dengan hakikta penciptaan manusia,
yakni menjadi pengabdi allah yang setia, maka manusia juga tak dapat melepaskan
statusnya selaku khalifah allah dimuka bumi.
Misi utama kerasulan
Muhammad saw. Sebagaimana disabdakan beliau sendiri, yakni untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.Akhlak menyangkut berkaitan dengan sikap dan prilaku manusia.
Nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta objeknya yakni
kepada siapa kelakuan itu ditunjukan.Selanjutnya dikemukakan oleh M. Quraish
Shihab, bahwa para filsuf dan teolog sering membahas tetntang arti baik dan
buruk, serta pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan tersebut
merupakan peilihan atu perbuatan manusia sendiri, ataukah berada diluar
kemampuannya?
Selanjutnya dikemukakan
M. Quraish Shihab, bahwa dalam diri manusia itu sendiri nyatanya terdapat
potensi untuk berkelakuan baik dan juga buruk, namun ditemukan isyarat-isyarat
dalam al-quran, bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada
kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan, salah
satufrase dalam suart al-baqarah dinyatakan : “ untuk manusia ganjaran dari
perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi pada perbuatan (buruk) yang
dilakukannya.” (Q.2:286)
Potensi manusia untuk
melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada
kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah allah (
agama-nya) yang dinyatakan sesuai dengan fitrah asal kejadian menurut manusia.
Hubungan tersebuut
mengacu kepada hakikat pencipataan, akhlak mulia, dan tugas kekhalifahan yang
diamanatkan kepada manusia. Bila dirunut, maka pemikirna filsaafat pendidikan
islam pada hakikta berada permasalahan –permasalahan dari ketiga faktor dimaksud.
Bagaimana upaya agar manusia memiliki akhlak yang mulia,dengan akhlak mulia
ini, manusia mampu menempatkan diri sebagai pengabdi allah yang setia.kesetiaan
dalam pengabdian yang didisarkan atas dasar-dasar nilai akhlak ini diharapkan
pula manusia mampu mengemban amanahnya dalammenjalankan tugas sebagai khalifah
allah.
Disini terlihat, bahwa
filsafat pendidikan islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai
ajaaran islam itu sendiri. Menurut Khursyi Ahmad, pendidikan adalah suatu
bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat
untuk memajukan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap dasar sistem
pendidikan terdiri dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma nilai-nilai
tertentu, didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu [6].
Islam sebagai agama dan
pandangan hidup Muslim, bagai manapun akan berbeda dengan pandangan hidup yang
bersumber dari ediologi sebagai produk pemikiran filsafat. Olehnya, filsafat
pendidikan islam punya karakter dan prinsip-prinsip khusus. Makanya dalam
pandangan Khursyi Ahmad, pendapat yang menyatakan bahwa meniru sistem
pendidikan suatu bangsa atau negara lain tanpa merusak sistem mereka sendiri,
adalah pemahaman yang keliru. Sesungguhnya mereka tidak bisa mengambil begitu
saja mengambil sistem pendidikan asing, kecuali jika mereka ingin menghancurkan
kebudayaan mereka sendiri.
Dalam pandangan Omar
Mohammad al-Toumy al-saiybani, filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan
filsafat dan kaidah kaidah filsafat dalam bidang ppendidikan. Titik berat
filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis.[7] Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat
pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar filsafat
itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya penyelesaian
masalah pendidikan Islam. Bagaimana pandangan Islam terhadap semuanya itu..
Ruang llingkup kajian
filsafat pendidikan islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungna dengan
sistem pendidikan islam itu sendiri, adapun komponen-komponen yang termasuk
dalam sistem pendidikan islam itu, antar lain dasar yang melandasi pembentukan
sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan islam. Untuk
mencapai tujuan yang dimaksud, makaperlu rumusan mengenai siapa yang didik ,
siapa pelaksananya, bagaiman cara penyelenggaranya, sarana dan prasaran yang
diperlukan, materi yang diberikan bagaiman caranya, kondisi apa yang perlu
diciptakan, serta bagaimna mengukur tingkat pencapaiannya.
Pemikiran-pemikiran
menggambarkan cakupan teori maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik,
manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat, dan evaluasi pendidikan. Semua
komponen tersebut tergabung dalam sebuah sistem, sebab sistem dapat diartikan
sebagai proses yang dapat diartikan proses aktivitas yang didalamnya tersusun
komponen-komponen yang saling menentukan, saling tergantung, dan berhubungan
antara sesamanya, dalam pencapaian tujuan.
Ruang lingkup kajian
filsafat pendidikan islam, mengacu kepada semua aspek yang dianggap mempunyai
hubungan dengan pendidikan dalam arti luas. Tidak terbatas dengan lingkungan
institusi pendidikan formal saja. Lapangan pendidikan diluar madrasah (sekolah)
seperti lingkungan rumah tangga , lembaga peribadatan, masyarakat, maupun
tradisi sosio-kultural jugablebih rinci, pendidikan pre-natal manjadi kajian
khusus dalam filsafat pendidikan islam.
C. Hubungan Filsafat Pendidikan Dengan
Program Fakultas Tarbiyah
Hubungan
filsafat pendidikan dengan program fakultas tarbiyah merupakan hubungan yang
sangat erat dan mempunyai nilai relevansi yang tnggi. Hal ini disebabkan
keberadaan filsafat pendidikan akan membantu memecahkan persoalan pendidikan
islam dan dapat memebentuk kepribadian pendidik, anak didik atau calon pendidik
dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan, sehingga nalurinya diharapkan
tercipta manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur serta berketermpilan
memang dapat terwujud, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Seperti
telah dijelaskan diatas bahwa untuk menjamin agar pendidikan itu benar dalam
peosesnya efektif , maka dibutuhkan landasan, terutama landasan bersifat
filosofis maupun landasan ilmiah sebagai asas normativ, dan juga sebagai
pedoman pelaksanaan pendidikan . filsafat pendidikan merupakan sumber ide
pendidikan yang menentukan pendidikan, memberi arah dan pedoman sekaligus
menjadi tujuan pendidikan itu sendiri.
Fakultas
tarbiyah adalah merupakan bagian dari lembaga pendidikan, filsafat yang menjadi
landasan pendidikannya adalah ajaran islam. Dengan demikian filsafat pendidikan
islam merupakan landasan pokok dari program fakultas tarbiyah, dikarenakan
secara realita fakultas tarbiyah adalah suatu lembaga pendidikan yang dinafasi
oleh ajaran islam
Dasar
dan tujuan filsafat pendidikan islam pada hakikatnya identik dengan dasar
tujuan ajaran islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama,
alquran dan al hadist rosulullah (jalaluddin dan said 1994:19). Menurut omar
Muhammad al tomi al zaibani, filsafat pendidikan islam sebagaimana filsafat
pendidikan umum, adalah merupakan pedoman bagi perancang dan orang yang bekerja
dalam bidang pendidikan dan pengajaran islam. Filsafat pendidikan islam pada
hakikatnya merupakan landasan dasar bagi penyusunan suatu system pendidikan.
Pemikiran filsafat pendidikan islam menjadi pola dasar bagi para ahli
pendidikan islam mengenai bagaimana system pendidikan yang dikehendaki dan
sesuai dengan konsep ajaran islam, yang berhubungan dengan pendidikan
Adapun
tujuan pendidikan islam itu herus sejalan dengan tujuan isi islam itu sendiri,
yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlaqulkarimah. Tujuan tersebut sangat relevan
dengan tujuan yang terkandung dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rasulullah
Muhammad SAW dalam suatu hadis dikatakan bahwa “sesungguhnya aku diutus adalah
untuk membimbing manusia agar mencapai akhlak yang mulya”.
Kemuliaan
akhlak adalah factor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, menurut
pandangan islam pendidikan berfungsi menyiapkan manusia yang mampu menata
kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat.
Dalam
kaitannya dengan program tarbiah secara impisif apa yang menjadi tujuan
pendidikan islam adalah juga merupakan tujuan dari pendidikan tarbiah, hal
tersebut terdapat pada catalog fakultas tarbiah IAIN Raden Fatah Palembang,
fakultas tarbiah bertujuan mencetak dan menghasilkan muslam intelek, bermoral
dan bertanggung jawab.
Dengan
demikian filsafat pendidikan, dalam hal ini filsafat pendidikan islam mempunyai
hubungan yang erat sekali dalam peranannya sebagai sumber idealisme pada
program pendidikan fakultas tarbiyah dalam menyiapkan dan menghasilkan sarjana
pendidikan muslim yang sesuai dengan tujuan pendidikan program fakultas
tarbiyah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata filsafat atau falssafat,
berasal dari bahasa yunani, kalimat ini berasal dari kata philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri
dari kata philos yang berarti cinta,
senang, suka dan kata sophia berarti
pengetahuan, hikmah, dan kebijksanaan. Hasan Shadily mengatakan bahwa filsafat
menurut asal katnya adalah cinta akan
kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik suatu pengertian bahwa filsafat
adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan
kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai
kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Hubungan
filsafat pendidikan dengan program fakultas tarbiyah merupakan hubungan yang
sangat erat dan mempunyai nilai relevansi yang tnggi. Hal ini disebabkan
keberadaan filsafat pendidikan akan membantu memecahkan persoalan pendidikan
islam dan dapat memebentuk kepribadian pendidik, anak didik atau calon pendidik
dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan, sehingga nalurinya diharapkan
tercipta manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur serta berketermpilan
memang dapat terwujud, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.