Makalah Psikolinguistik Tentang Neurolinguistik



BAB I
PENDAHULUAN

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah diangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak sekola dasar pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Devinisi Filsafat Pendidikan Islam
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah.Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah.Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut.Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan.Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis.
Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda.
Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si-terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu:
1.      Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar;
2.      Ada pendidik, pembimbing atau penolong;
3.      Ada yang di didik atau si terdidik;
4.      Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan.
5.      Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan.Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah Al-Qur’an dan al Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, Al-Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ).
Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran.Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia.Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :
dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.( QS. Asy-Syura : 52 )
Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia[1].
Dari ayat dan hadis diatas tadi dapat diambil kesimpulan :
  1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
  2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
  3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
  1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
  2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
  3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
  4. Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
B.     Objek Kajian  (ruang lingkup) Filsafat Pendidikan Islam
Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik.Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
Secara umum setiap ilmu memiliki objek tertentu yang dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang (objek formal).
Adapun objek yang dibahas dalam Filsafat Pendidikan Islam adalah :
1.      Objek Material
Yaitu sama halnya filsafat pada umumnya objek ini adalah sesuatu yang ada, tampak ataupun tidak tampak [2]:
  1. Objek yang tampak adalah dunia empiris
  2. Objek yang tak tampak adalah metafisika
2.      Objek Formal
Yaitu sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang pendidikan Islam untuk diketahui hakikatnya. Objek formal ini terbagi menjadi dua kerangka bahasan, yakni :


1.      Secara Makro
Objek filsafat pendidikan secara makro adalah objek filsafat itu sendiri, mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.
Dari beberapa tokoh telah mengemukakan objek bahasan dan aliran filsafat, diantaranya [3]:
  • Imam Bernadib membagi tiga sistem filsafat pendidikan Progresivisme, Esensialismae dan Parenialisme.
  • M Noer Syam, mengemukakan empat aliran filsafat pendidikan progresivisme, Esensialisme, Parenialisme dan Rekonstruksion- isme
  • George R Knight, membegi menjadi tiga kategori, yakni Tradisional (Idealisme, Realisme dan Neo-Skolasisme), Modern (Pragmatisme dan Eksistensialisme) dan Kontemporer (Progresivisme, Parenialisme, Esensialisme, Rekonstruksioisme dan Behaviorisme)
  • Geral L Gutek, membagi aliran filsafat pendidikan berdasarkan tokoh-tokohnya yakni, Idealisme oleh Plato, Realisme oleh Aristoteles, Teistik-Realisme oleh Thomas Aquinas, Naturalisme oleh Rosseau, Pragmatisme oleh Dewey, Liberalisme oleh Locke, Konservatisme oleh Burke, Utopianisme oleh Owen, Marxisme oleh Karl Marx, Totalitarisme oelh Hitler, Parenialisme oleh Hutchins, Progresivisme oelh Kilpatrick dan Rekonstruksionisme Sosialis oleh Counts
2.      Secara Mikro
Adapun secara makro adalah segala hal yang merupakan faktor-faktor dan komponen dalam pendidikan.
Faktor dan Komponen pokok dalam pendidikan Islam adalah :
1.      Tujuan pendidikan
2.      Kurikulum dan program pendidikan
3.      Pendidik dan perserta didik
4.      Metode pendidikan Islam
5.      Lingkungan pendidikan atau kontek belajar dalam pendidikan Islam


Abudin Nata menyebutkan objek Filsafat Pendidkan Islam secara Mikro yakni pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh dan universal mengenai konsep-konsep pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam.[4]
Sebagai mana filsafat pendidikan pada umunya, maka filsafat pendidikan islam juga menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan islam .filsafat pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran[5] dengan demikian filsafat pendidikan islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi bangunan sebuah sistem pendidikan islam itu sendiri.
Filsafat pendidikan yang yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan islam tak dapat dilepaskandari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak, kemudian penyempurnaan akhlak terkait juga dengan hakikta penciptaan manusia, yakni menjadi pengabdi allah yang setia, maka manusia juga tak dapat melepaskan statusnya selaku khalifah allah dimuka bumi.
Misi utama kerasulan Muhammad saw. Sebagaimana disabdakan beliau sendiri, yakni untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.Akhlak menyangkut berkaitan dengan sikap dan prilaku manusia. Nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta objeknya yakni kepada siapa kelakuan itu ditunjukan.Selanjutnya dikemukakan oleh M. Quraish Shihab, bahwa para filsuf dan teolog sering membahas tetntang arti baik dan buruk, serta pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan tersebut merupakan peilihan atu perbuatan manusia sendiri, ataukah berada diluar kemampuannya?
Selanjutnya dikemukakan M. Quraish Shihab, bahwa dalam diri manusia itu sendiri nyatanya terdapat potensi untuk berkelakuan baik dan juga buruk, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam al-quran, bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan, salah satufrase dalam suart al-baqarah dinyatakan : “ untuk manusia ganjaran dari perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi pada perbuatan (buruk) yang dilakukannya.” (Q.2:286)
Potensi manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah allah ( agama-nya) yang dinyatakan sesuai dengan fitrah asal kejadian menurut manusia.
Hubungan tersebuut mengacu kepada hakikat pencipataan, akhlak mulia, dan tugas kekhalifahan yang diamanatkan kepada manusia. Bila dirunut, maka pemikirna filsaafat pendidikan islam pada hakikta berada permasalahan –permasalahan dari ketiga faktor dimaksud. Bagaimana upaya agar manusia memiliki akhlak yang mulia,dengan akhlak mulia ini, manusia mampu menempatkan diri sebagai pengabdi allah yang setia.kesetiaan dalam pengabdian yang didisarkan atas dasar-dasar nilai akhlak ini diharapkan pula manusia mampu mengemban amanahnya dalammenjalankan tugas sebagai khalifah allah.
Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaaran islam itu sendiri. Menurut Khursyi Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap dasar sistem pendidikan terdiri dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma nilai-nilai tertentu, didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu [6].
Islam sebagai agama dan pandangan hidup Muslim, bagai manapun akan berbeda dengan pandangan hidup yang bersumber dari ediologi sebagai produk pemikiran filsafat. Olehnya, filsafat pendidikan islam punya karakter dan prinsip-prinsip khusus. Makanya dalam pandangan Khursyi Ahmad, pendapat yang menyatakan bahwa meniru sistem pendidikan suatu bangsa atau negara lain tanpa merusak sistem mereka sendiri, adalah pemahaman yang keliru. Sesungguhnya mereka tidak bisa mengambil begitu saja mengambil sistem pendidikan asing, kecuali jika mereka ingin menghancurkan kebudayaan mereka sendiri.
Dalam pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani, filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah kaidah filsafat dalam bidang ppendidikan. Titik berat filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat  dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.[7] Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya penyelesaian masalah pendidikan Islam. Bagaimana pandangan Islam terhadap semuanya itu..
Ruang llingkup kajian filsafat pendidikan islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungna dengan sistem pendidikan islam itu sendiri, adapun komponen-komponen yang termasuk dalam sistem pendidikan islam itu, antar lain dasar yang melandasi pembentukan sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan islam. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, makaperlu rumusan mengenai siapa yang didik , siapa pelaksananya, bagaiman cara penyelenggaranya, sarana dan prasaran yang diperlukan, materi yang diberikan bagaiman caranya, kondisi apa yang perlu diciptakan, serta bagaimna mengukur tingkat pencapaiannya.
Pemikiran-pemikiran menggambarkan cakupan teori maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik, manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat, dan evaluasi pendidikan. Semua komponen tersebut tergabung dalam sebuah sistem, sebab sistem dapat diartikan sebagai proses yang dapat diartikan proses aktivitas yang didalamnya tersusun komponen-komponen yang saling menentukan, saling tergantung, dan berhubungan antara sesamanya, dalam pencapaian tujuan.
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam, mengacu kepada semua aspek yang dianggap mempunyai hubungan dengan pendidikan dalam arti luas. Tidak terbatas dengan lingkungan institusi pendidikan formal saja. Lapangan pendidikan diluar madrasah (sekolah) seperti lingkungan rumah tangga , lembaga peribadatan, masyarakat, maupun tradisi sosio-kultural jugablebih rinci, pendidikan pre-natal manjadi kajian khusus dalam filsafat pendidikan islam.

C.    Hubungan Filsafat Pendidikan Dengan Program Fakultas Tarbiyah
Hubungan filsafat pendidikan dengan program fakultas tarbiyah merupakan hubungan yang sangat erat dan mempunyai nilai relevansi yang tnggi. Hal ini disebabkan keberadaan filsafat pendidikan akan membantu memecahkan persoalan pendidikan islam dan dapat memebentuk kepribadian pendidik, anak didik atau calon pendidik dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan, sehingga nalurinya diharapkan tercipta manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur serta berketermpilan memang dapat terwujud, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa untuk menjamin agar pendidikan itu benar dalam peosesnya efektif , maka dibutuhkan landasan, terutama landasan bersifat filosofis maupun landasan ilmiah sebagai asas normativ, dan juga sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan . filsafat pendidikan merupakan sumber ide pendidikan yang menentukan pendidikan, memberi arah dan pedoman sekaligus menjadi tujuan pendidikan itu sendiri.
Fakultas tarbiyah adalah merupakan bagian dari lembaga pendidikan, filsafat yang menjadi landasan pendidikannya adalah ajaran islam. Dengan demikian filsafat pendidikan islam merupakan landasan pokok dari program fakultas tarbiyah, dikarenakan secara realita fakultas tarbiyah adalah suatu lembaga pendidikan yang dinafasi oleh ajaran islam
Dasar dan tujuan filsafat pendidikan islam pada hakikatnya identik dengan dasar tujuan ajaran islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, alquran dan al hadist rosulullah (jalaluddin dan said 1994:19). Menurut omar Muhammad al tomi al zaibani, filsafat pendidikan islam sebagaimana filsafat pendidikan umum, adalah merupakan pedoman bagi perancang dan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran islam. Filsafat pendidikan islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi penyusunan suatu system pendidikan. Pemikiran filsafat pendidikan islam menjadi pola dasar bagi para ahli pendidikan islam mengenai bagaimana system pendidikan yang dikehendaki dan sesuai dengan konsep ajaran islam, yang berhubungan dengan pendidikan
Adapun tujuan pendidikan islam itu herus sejalan dengan tujuan isi islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlaqulkarimah. Tujuan tersebut sangat relevan dengan tujuan yang terkandung dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam suatu hadis dikatakan bahwa “sesungguhnya aku diutus adalah untuk membimbing manusia agar mencapai akhlak yang mulya”.
Kemuliaan akhlak adalah factor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, menurut pandangan islam pendidikan berfungsi menyiapkan manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat.
Dalam kaitannya dengan program tarbiah secara impisif apa yang menjadi tujuan pendidikan islam adalah juga merupakan tujuan dari pendidikan tarbiah, hal tersebut terdapat pada catalog fakultas tarbiah IAIN Raden Fatah Palembang, fakultas tarbiah bertujuan mencetak dan menghasilkan muslam intelek, bermoral dan bertanggung jawab.
Dengan demikian filsafat pendidikan, dalam hal ini filsafat pendidikan islam mempunyai hubungan yang erat sekali dalam peranannya sebagai sumber idealisme pada program pendidikan fakultas tarbiyah dalam menyiapkan dan menghasilkan sarjana pendidikan muslim yang sesuai dengan tujuan pendidikan program fakultas tarbiyah.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Kata filsafat atau falssafat, berasal dari bahasa yunani, kalimat ini berasal dari kata philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijksanaan. Hasan Shadily mengatakan bahwa filsafat menurut asal katnya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik suatu pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Hubungan filsafat pendidikan dengan program fakultas tarbiyah merupakan hubungan yang sangat erat dan mempunyai nilai relevansi yang tnggi. Hal ini disebabkan keberadaan filsafat pendidikan akan membantu memecahkan persoalan pendidikan islam dan dapat memebentuk kepribadian pendidik, anak didik atau calon pendidik dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan, sehingga nalurinya diharapkan tercipta manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur serta berketermpilan memang dapat terwujud, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.



           









[1] al Ghazali, Ihya Ulumuddin hlm. 90
[2] Toto Suharto.Filsafat Pendidikan Islam(Yogyakarta:Ar-Ruzz,2006),46.
[3] Ibid.,47-48.
[4] Ibid.,49
[5] omar mohammad al-taumy al-saybani, 1973:33
[6] Khursyi Ahmad, 1992 : 17
[7] Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani : 30
Blogger
Disqus

No comments